Refleksi

24 02 2010

Valentine Day Bukan Sekedar Berbagi Coklat !

Ketika mendengar “Valentine Day” yang terlintas seketika dalam benak adalah hari saling berbagi kasih sayang kepada orang-orang yang disayangi. Manifestasi dari rasa sayang diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti mengirimkan kartu ucapan, memberikan bunga dan yang paling populer adalah memberikan coklat. Habitus itu tidaklah salah. Namun secara historis ada hal yang lebih substansial dari sekedar berbagi coklat.

Terdapat banyak versi yang menceritrakan sejarah valentine day. Salah satunya adalah valentine day merupakan sebuah peringatan dalam memperingati meninggalnya salah seorang saint di Roma yang bernama Valentine. Ia meninggal tepat pada hari keempat belas di bulan Februari pada tahun 270 Masehi dijatuhi hukuman mati oleh seorang kaisar egois bernama Claudius II karena dinilai tidak mendukung kebijakan kaisar.

Kala itu kerajaan Romawi sedang dalam masa peperangan. Untuk memperkuat armada perangnya, kaisar mewajibkan kepada semua pemuda untuk turun ke medan pertempuran. Namun, titah kaisar tidak direspon. Bagi Kaisar, hal yang menyebabkan tidak diresponya titah tersebut adalah para pemuda tidak rela meninggalkan keluarga dan sang kekasih. Untuk mengatasi keadaan itu, Kaisar Claudius II mengeluarkan larangan bagi pemuda untuk menikah. Hematnya, dengan tidak menikah para pemuda  dengan sukarela dan tanpa beban pikiran akan ikut berperang.

Saint. Valentine tidak sepaham dengan kebijakan kaisar yang melarang para pemuda untuk menikah. Bagi dia hal itu tidaklah manusiawi.  Secara diam-diam dia tetap menikahkan setiap pasangan yang saling mencintai. Pada suatu saat, perbuatannya itu diketahui oleh kaisar. Dia kemudian ditangkap, dimasukan ke dalam penjara dan dijatuhi hukuman mati.

Pada tahun 496 Masehi, oleh seorang pendeta di Roma, 14 Februari ditetapkan sebagai hari penghormatan bagi Saint. Valentine. Pada perkembangannya, perayaan memperingati meninggalnya Saint. Valentine tidak hanya dilakukan oleh masyarakat di belahan Eropa, namun sudah diadopsi oleh sebagian masyarakat dunia sebagai hari kasih sayang. Secara singkat itulah salah satu versi yang menceritrakan sejarah valentine day.

Apa yang dilakukan oleh Saint. Valentine beberapa abad silam merupakan sebuah wujud usaha dalam memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan (memperjuangkan pilihan hidup berdasarkan kata hati, cinta dan kasih sayang). Nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal itulah yang membuat Valentine day dapat diterima dihampir seluruh belahan dunia dengan mengesampingkan latar belakang budaya dan kepercayaan yang berbeda.

Secara pragmatis makna dari valentine day dapat diartikan sebagai kesempatan untuk berbagi dan menunjukan rasa kasih terhadap orang yang dikasihi. Terlepas dari pengertian itu, semangat valentine day bisa juga dimaknai sebagai sebuah cermin untuk melakukan refleksi kritis baik kepada individu maupun negara.

Individu-individu yang selama ini egois, otoriter dan selalu memaksakan kehendaknya agar diterima orang lain, ada baiknya menyadari bahwa perbuatan memaksakan kehendak itu menyakitkan orang lain. Dan merupakan sebuah penyimpangan terhadap nilai-nilai kemanusian. Salah satu ciri orang yang tidak beradab adalah orang yang selalu melakukan penyimpangan terhadap nilai-nilai kamanusian dengan memaksakan kehendaknya. Pastinya kita semua ingin mencitakan diri sebagai orang yang beradab.

Sementara refleksi kritis bagi  negara yaitu, cobalah melihat apakah selama ini hak-hak warganegara untuk meresapi hidup dengan senyuman sudah terpenuhi. Jika belum teruslah berjuang diselimuti semangat cinta kasih kepada civil soceity. Dengan adanya kesadaran dan semangat humanisme, kepentingan rakyat akan didahulukan di atas kepentingan pribadi dan golongan. Pada tataran rill, keputusan apapun yang direncanakan dan diaplikasi jangan sampai mencederai nilai-nilai kemanusiaan seperti yang dilakukan oleh Kaisar Claudius II, yang karena ambisinya memiliki angkatan perang yang kuat, dibuatlah kebijakan yang tidak manusiawi dengan melakukan larangan nikah bagi para pemuda.

Latar belakang ruang dan waktu, sejarah kemunculan valentine day boleh saja tidak sama. Peristiwa tersebut terjadi di Eropa berabad-abad yang lalu, namun nilai-nilai humanis yang diperjuangkan hingga kini ini belum usang dan masih relevan untuk digunakan. Nilai-nilai humanis yang berbentuk penghormatan terhadap hak asas manusia inilah yang harus selalu diperjuangkan sampai kapanpun selama dunia ini masih berputar.

Fredek Efendi Lodar